Minggu, 16 September 2013
"DI MANA BUMI DI PIJAK DI SITU LANGIT DIJUNJUNG"
(1 Petrus 2 : 11-17)
Oleh : Pdt. Sergius P. Tigor, S.Th.
Saat mana saya baru berkenalan dengan seseorang, ada yang bertanya “anda orang mana”, saya langsung menjawab “saya orang sini saja”. “Bukan! Maksud saya anda asalnya dari mana?” Saya terdiam sejenak, lalu saya katakan saya lahir di kota P, kakek saya berasal dari desa T, ayah saya dibesarkan di desa J, ibu saya berasal dari desa H, dan saya di besarkan di desa B, lalu saya berasal dari mana ya..? Yang pasti saya orang Dayak Ngaju.
Darah kita
mungkin berbeda, mungkin tidak ada hubungan kekerabatan, tetapi sekarang di
mana bumi kita pijak disitu kita menjalani kehidupan ini. Mungkin kita tidak
berasal dari daerah ini, tetapi kita hidup di sini. Dan kita harus hidup
sebagaimana mestinya dimana kita ada.
Yang pertama,
perlu kita sadari bahwa kita adalah mahluk yang dinamakan “manusia”. Kita
bukanlah “manusia super, bukan pula malaikat. Tentu kita bukan binatang, tetapi
manusia seutuhnya yang hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Kita ada
karena mereka, dan mereka ada karena kita. Kita membutuhkan orang lain dan
orang lain juga membutuhkan kita. Kita hidup di tengah-tengah manusia yang
majemuk dan memiliki berbagai karakter dan gaya hidup, tradisi dan adat budaya
serta kepercayaan masing-masing.
Kedua, kita
dipanggil untuk hidup dimanapun kita berada untuk menjadikan hidup kita berguna
bagi orang lain, membangun tatanan sosial masyarakat, mendukung pembangunan
pemerintah, membela ketidakadilan dan penindasan atau penjajahan. Kita diutus
kedalam dunia ini untuk mewujudkan “damai Sejahtera” bagi orang lain bagi
masyarakat dan orang banyak di mana kita ada. Kita harus mengahargai orang
lain, mengahargai adat, tradisi, budaya dan tata cara yang berlaku sah di mana
kita ada.
Ketiga, kita
bukanlah orang-orang perusak, perusuh, bukan oknum yang membodohi, melainkan
mencerdaskan. Kita bukanlah orang-yang menjajah tetapi membawa kemakmuran bagi
orang lain. Kita adalah pembawa terang bukan kegelapan. Kita bukan pemicu
ancaman tetapi pioneer ketentraman. Kita bukanlah orang yang disumpahi tetapi
yang selalu didoakan dengan doa syukur dan doa berkat.
Saudara,
apapun kata orang itu tidaklah penting, namun apa yang telah kita lakukan bagi
orang lain. “Dimana bumi di pijak di situ langit dijunjung. Kita menghormati
Pemerintah yang memimpin kita dengan baik, kita menghormati segala aturan
maupun adat istiadat. Kita menghormati hak hidup orang banyak dan Hak azasi
manusia. Kita menghargai pendapat dan saran serta kritik orang lain yang
membangun kebersamaan. Namun kita juga siap menentang ketidakadilan dan
kesenjangan sosial serta menyuarakan kebenaran. Dan kita harus menunjukkan
hidup yang bermartabat dan penuh kasih terhadap sesama manusia dan alam semesta,
maka kita telah menjadi utusan yang memberitakan perbuatan Allah yang besar.
Orang lain akan menilai kita dari apa yang kita lakukan, bukan hanya apa yang
kita katakan. AMIN.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa tinggalkan pesan/komentar selesai berkunjung di Renungan Pemuda Remaja Inspiratif ini.